Ibnu Al-Qayyim menawan
hati para pendengar dengan ucapannya ketika dia menggambarkan bidadari di dalam
syurga sebagai berikut, "Jika engkau bertanya tentang para bidadari, maka
ketahuilah bahawa mereka adalah gadis-gadis remaja yang sebaya.
Di dalam diri
mereka mengalir ghairah dara muda. Pipi mereka seindah mawar dan buah epal.
Tubuh mereka padat bagaikan buah delima. Tutur kata yang keluar dari mulut
mereka bagaikan batu-batu permata yang teruntai. Kelembutan dan gemalainya
sangat mempersonakan. Kalau tersenyum, giginya bersinar bagai sinar petir.
Ketika bertemu kekasihnya, maka keduanya bagai matahari dan bulan.
Jika berbicara dengan
kekasihnya, maka bagaimanakah bayanganmu ketika dua kekasih saling berbicara.
Ketika memeluk kekasihnya, maka dapat kamu bayangkan ketika dua dahan sedang
berpelukan. Keindahan badannya dapat dilihat dari pipinya, seperti keindahan
cermin dapat dilihat kemilaunya. Betisnya sangat mempersonakan, dagingnya dapat
terlihat kerana tidak terhalangi oleh kulit, tulang dan perhiasannya.
Andaikata bidadari
menampilkan diri di dunia, maka bau harumnya akan semerbak antara langit dan
bumi dan bumi dan mulut setiap orang akan mengucapkan kalimat tahlil, takbir
dan tasbih kerana terpegun oleh keindahannya.
Keindahannya akan meperindahkan
timur dan barat, keindahannya akan menjadikan mata orang menutup dari yang
lain. Sinar wajahnya akan meredupkan cahaya matahari, seperti sinar matahari
meredupkan cahaya bulan. Tudung yang menutupi kepalanya lebih bagus dari dunia
dan seisinya. Keinginannya untuk menemui kekasihnya merupakan idola utama.
Dengan bertambahnya
masa, tingginya tidak bertambah kecuali makin memperindah dan mempercantik.
Makin bertambahnya masa, maka rasa kecintaan dan kecenderunganya kepada
kekasihnya makin bertambah. Dia terbebas dari mengandung, beranak, haid dan
nifas. Dia suci dari hingus, ludah. kencing, berak dan seluruh kekotoran.
Keremajaannya tidak pernah berkurang. Pakaiannya tidak pernah lusuh.
Kecantikannya tidak pernah pudar. Keharuman baunya tidak pernah sima. Pandangan
matanya hanya ditujukan bagi kekasihnya, bukan untuk yang lain, demikian pula
kekasihnya.
Jika dipandang, maka dia
menyenangkan hati yang memandangnya. Jika disuruh maka dia menaatinya. Jika
ditinggal pergi maka dia menjaga kepercayaan kekasihnya dan kesucian dirinya.
Dia belum pernah disentuh oleh manusia atau jin pada waktu sebelumnya. Setiap
kali kekasihnya memandangnya, maka hatinya bergembira. Setiap kali berbicara
dengannya, maka telinganya merasa sejuk oleh keindahan tutur katanya.
Jika dia tampil, maka
cahayanya akan memenuhi istana dan kamarnya. Jika engkau bertanya tentang
usianya, maka usianya sama dengan gadis remaja yang sebaya. Jika engkau
bertanya tentang kecantikannya, maka kecantikannya sama dengan matahari dan
bulan. Jika engkau bertanya tentang matanya, maka warna hitam dan putih bola
matanya sangat mempesona.
Jika engkau bertanya
tentang lekuk tubuhnya, maka engkau lihat bagai keindahan dalam pepohonan. Jika
engkau tanya tentang kemontokan tubuhnya, maka bagai gadis remaja dan
kelembutan kulitnya bagai buah delima. Jika engkau bertanya tentang warna
kulitnya, maka dia bagai batu permata yaqut dan marjan. Jika engkau tanya
tentang senyumannya maka dapat engkau bayangkan betapa mempesonanya ketika
seorang bidadari tersenyum pada kekasihnya di dalam syurga.
Jika dia berpindah dari
satu kamar ke kamar yang lain, dia bagaikan matahari yang berpindah-pindah.
Jika dia berkenca dengan kekasihnya, maka dapat kamu bayangkan betapa mesranya
hubungan keduanya. Jika dia berpelukan dengan kekasihnya, maka dapat kamu
bayangkan betapa nikmatnya antara keduanya.
Pembicaraannya
mempersonakan dan juga bagai seorang yang tidak pernah membuat salah, Meskipun
telah sangat lama duduk dengannya, tetapi masih dirasa kurang oleh teman
duduknya. Jika dia bersenandung, maka betapa merdu suaranya.
Jika dia sedang
berkencan dengan kekasihnya, maka betapa senangnya kesempatan itu, Jika engkau
menciumnya, maka engkau rasa tidak ada yang lebih menyenangkan dari ciuman itu,
Jika dia memberimu sesuatu, maka tidak ada yang lebih lazat dan lebih
menyenangkan daripada pemberiannya.
(Ibnu Al-Qayyim, Hadiy
Al-Arwah, dipetik daripada buku Qiyamullail-Rintihan Seorang Hamba Meraih Cinta
Agung di sisi Rabb-Nya, karya Abdul Aziz Ismail)
Semoga Bermanfaat
INFO MENGENAI PENULIS
Penulis merupakan seorang mahasiswa lepasan USIM.Telah berkecimpung dalam penulisan blog lebih kurang 3 tahun. Merupakan anak ke-2 daripada 4 orang adik beradik. Penulis merupakan mahasiswa lepasan USIM dalam bidang Ijazah Sarjana Muda Pendidikan (Islam) Dengan Kepujian. Begitu meminati info-info terkini berkenaan teknologi, juga sedang mendalami ilmu akhirat.
0 Comments
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)